Sebanyak 47 nomor dari 13 cabang olahraga yang akan dipertandingkan pada Islamic Solidarity Games (ISG) 3 pada 22 September-1 Oktober mendatang terancam dicoret karena kurangnya partisipasi dari negara peserta.
Ketua Deputi 1 Bidang Pertandingan, Joko Pramono membenarkan pihaknya dan panitia lokal dan Chef De Mission (CDM) menggelar rapat koordinasi mengenai nomor-nomor yang akan dipertandingkan pada ISG dengn mendrop 47 nomor dari total 184 nomor pertandingan.
“Kita sudah melakukan rapat dengan para panitia dan CDM tentang nomor-nomor yang akan dipertandingkan, sejauh ini 47 nomor masih ditandai bukan dicoret. Salah satu contoh, lari 100 meter yang hanya 2 negara menjadi pesertanya. Itu terpaksa ditandai dulu,” katanya saat ditemui usai mengadakan rapat bersama panitia lokal Chef De Mission (CDM) di Hotel Aryaduta, Rabu (21/8).
Selain cabang atletik, ada juga beberapa cabang olahraga khususnya nomor-nomor pertandingan, seperti cabor karate, renang, tekwondo dan cabor lainnya yang juga akan ‘terancam’ dicoret dari daftar jika pada 31 Agustus mendatang tak juga bertambah dari negara peserta.
“Kita akan menunggu hasil akhir pada 31 Agustus mendatang. Kalau masih belum bertambah, terpaksa kita coret,” bebernya. Sejauh ini, Joko juga menambahkan, terdapat 31 negara telah memastikan dan konfirmasi secara online untuk menjadi peserta ISG 3 ini.
Joko optimis karena kesepakatan masih menunggu sampai dengan akhir Agustus bagi negara yang ingin masuk karena ada 7 negara lagi ingin masuk.
“Untuk itulah kita hanya beri tanda saja, belum dicoret. Misalnya ada negara yang mau ikut lari 100 meter yang tadi hanya 2 orang dari 2 negara yang ikut, berarti gak jadi dicoret,” ujarnya.
Dari kesepakan awal memang sudah dibuat bahwa salah satu cabor pada ISG yang kurang dari 4 negara peserta, makan nomor tersebut akan dicoret. “Kendala yang setiap negara peserta tidak mengikuti seluruh nomor yang dipertandingkan tersebut, misalnya mereka tidak mengusai cabor dan nomor olahraga tersebut. Kemungkinan besar yang diikuti oleh negara-negara peserta tersebut itu mayoritas cabor bela diri, karena negara-negara timur tengah itu mayoritas memilih cabor bela diri,” ujarnya.
Selain rapat pemutusan nomor dalam pertandingan, dalam rapat tersebut juga membahas tentang cabor sepak bola. Sebelum dialihkan di Palembang, memang cabor sepakbola sebanyak 12 kuota. Setelah dialihkan ke Palembang sebagai tuan rumah, dipersempit menjadi 10.
CDM perwakilan dari negara peserta pun meminta agar tetap dijadikan 12 kuota. “Dulu sepakbola kuotanya 12 negara boleh ikut, tapi karena pindah ke Palembang, stadionnya ada 2 (Stadion Bumi Sriwijaya dan Stadion Jakabaring Palembang), jadi diturunkan kuotanya menjadi 10, beda dengan di Riau ada 3 stadion.
Tapi CDM meminta kembali ke 12 negara lagi. Karena ada negara negara yang semangat ingin ikut. Tapi akhirnya kita rundingkan, ok kita kembali ke 12 negara,” tuturnya.
.