Basuki Nugroho - Taekwondo |
Atlet Taekwondo Basuki Nugroho yang menjadi salah satu wakil cabang olahraga taekwondo ISG III di Palembang nanti mengaku persiapannya tinggal pada pematangan teknik.
"Sejauh ini persiapan saya dari awal latihan hingga sekarang terus mengalami progress, ya. Tinggal matangkan teknik dan sering-sering melakukan simulasi pertandingan saja," kata Basuki Nugroho. "Soalnya sudah tinggal tiga minggu juga, jadi harus lebih ekstra lagi latihannya," tambahnya.
Diceritakan pria berusia 32 tahun ini, latihan ekstra yang dilakoninya ini bukan tanpa alasan. Ia yang pernah menyabet medali emas ISG 2005 di Arab Saudi menjadi motivasi tersendiri untuk bisa mencetak keberhasilan yang sama. "Waktu itu saya pernah dapat emas di Arab, itu ISG tahun 2005. Makanya pengen banget bisa ngulang lagi," katanya.
Demi memuluskan cita-citanya tersebut, ia pun rela melakukan latihan dua kali lipat dari atlet lainnya. "Saya pribadi, di luar latihan dengan pelatih, ada latihan sendiri. Pagi-sore latihan sama pelatih, malam latihan sendiri. Biasanya lebih ke antisipasi kekurangan-kekurangan kita, ya," ujarnya.
Misalnya soal ketajaman tendangan. Menurutnya, sampai saat ini tendangannya masih butuh perbaikan. "Tendangan itu harus telak, timing-nya harus tepat agar dapat nilainya juga besar. Apalagi sekarang kan sistemnya sudah pakai body protector, ketajaman tendangan itu penting banget," jelasnya.
Namun begitu, peraih medali emas SEA Games 2005 dan 2011 ini tak ingin menjadikan hal itu sebagai halangan. Sebaliknya menjadi motivasi agar bisa tampil lebih baik lagi. "Soalnya kita latihan juga sudah mulai pakai body protector. Tinggal penyesuaian dengan alatnya saja," terangnya.
Sedangkan antisipasi lainnya adalah soal penentuan strategi nomor yang diturunkan. Basuki mengatakan, awalnya pelatih merekomendasikan dirinya turun di nomor over 87. Tapi setelah kroscek negara-negara pesaing, posisinya berubah. Ia masuk nomor under 87.
"Ada untungnya juga Indonesia jadi tuan rumah ISG. Kita bisa lebih leluasa menentukan strategi dalam menentukan atlet dan kelasnya," katanya. "Ya, bukannya kita menghindar, artinya kalau peluang kita di sini, kenapa tidak kita ambil kesempatan itu," terangnya.
Tapi, mesti diiringi dengan kesiapan si atlet juga. "Peluang ada tapi atletnya nggak siap di lapangan, ya percuma juga. Sama seperti, atlet A misalnya, rangkingnya tinggi, melawan si B yang kurang, itu nggak jamin si A bakal menang, tergantung kesiapan dia juga," simpulnya.
.